Akhirnya gw menang kuis lagi. Hehehehehe.
Kali ini kuis kompetisi foto instagram yang diadakan oleh I'm Coco, sebuah produk minuman dari Nata de Coco. Kuis ini diadakan dari tanggal 1 Agustus 2017 hingga 30 September 2017 dengan tema #SerunyaIndonesia. Jadi kita disuruh buat upload momen seru paling Indonesia saat kita traveling.
Puji Tuhan, gw berhasil menjadi juara 1 mendapatkan Iphone 7. Yeaaayyy.
Hadiah untuk Pemenang
Ini foto gw yang menang
Ini Pengumuman dari Instagram instagram @imcocoid bahwa gw jadi pemenang utama:
Pengumuman di Instagram @imcocoid
Yuk, kita cari kuis lagi. Ingat, yang penting niat, usaha, berdoa dan pantang menyerah.
Seperti yang sudah kalian ketahui dan baca di post gw: "Have a Traveling Break, Have a KitKat" bahwa gw berhasil jadi pemenang kuis KitKat dan gw mendapatkan liburan gratis ke Tana Toraja tanggal 20-23 Oktober 2017.
Pemenang ke Tana Toraja ini adalah gw dan Priska @prscabi dari Yogyakarta. Masing-masing dari kita boleh mengajak satu orang teman (yang selanjutnya disebut buddy) dalam liburan ini. Gw mengajak quiz hunter partner gw si Hira @hiralalitya dan Priska mengajak temannya yang bernama Lauren @laurensialintang .
Brand and Dinner Greeting
Tanggal 19 Oktober malam, para pemenang diajak untuk menghadiri acara Brand and Dinner Greeting yang diadakan di Ecology Kemang. Acara ini bertujuan untuk saling mengenal satu sama lain antara para pemenang dan tim #KitKatIndoBreakSpot. Kita juga dijelaskan tujuan dari kuis ini adalah memperkenalkan slogan KitKat yang baru yaitu "Have a Traveling Break, Have a KitKat". Dalam acara ini juga dijelaskan detail itenary dan ternyata akan ada tim dokumentasi yang akan ikut serta dalam perjalanan. Para pemenang akan dishoot layaknya artis yang sedang traveling. Wow, keren....hahahahaha. Tim dokumentasi Tana Toraja adalah Kak Pangke dan Kak Seno.
Para Pemenang Kuis #KitKatIndoBreakSpot
Selesai acara di Ecology Kemang, para pemenang dan buddy diberikan penginapan gratis di Fave Hotel Kemang karena keesokan paginya pukul 03.00 kita semua harus segera berangkat menuju Bandara Soekarno Hatta. Masing-masing pemenang dan buddy juga diberikan travel kit dan uang saku juga dari KitKat. Wow, keren abis deh nih liburan. Seperti apa travel kit yang diberikan, dapat kalian lihat di video berikut:
Kami tiba di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar sekitar pukul 09.00 pagi. Di bandara, kami dijemput oleh Pak Mastudi sebagai tour guide kami.
Rammang-Rammang, Makassar
Destinasi pertama, tim #KitKatIndoBreakSpot #CityBreak #TanaToraja menyinggahi Rammang-Rammang, sebuah sport traveling yang unik dimana terhampar pegunungan kapur (karts) yang terletak di Maros, Sulawesi Selatan, sekitar 40 km dari kota Makassar.
Kami menjelajahi Rammang-Rammang menggunakan perahu mengarungi Sungai Pute. Pute ini berarti putih, karena kita akan menemui bebatuan kapur putih di sepanjang sungai. Kalau Rammang-Rammang sendiri berarti sekumpulan awan atau kabut. Menurut penduduk setempat, di daerah ini memang selalu turun awan atau kabut ketika pagi hari dan terutama ketika turun hujan.
Bebatuan kapur putih di sepanjang Sungai Pute
Bagi kalian yang mau traveling ke Rammang-Rammang, jangan lupa menggunakan sepatu atau sandal gunung karena medan nya yang berbatuan dan licin. Jangan lupa juga pakai sunblock karena panasnya ruuuuarrrr biasa. :)
Pegunungan Kapur (Karts)
Setelah puas mengeksplor Rammang-Ramang yang panas, kami bergegas untuk makan siang. Setelah itu kami akan melanjutkan perjalanan kami menuju Toraja, dimana menghabiskan waktu perjalanan darat selama kurang lebih 8 jam. Bisa kalian bayangkan, 8 jam di dalam mobil. :)
Memang akses menuju Toraja ini masih sangat susah, membutuhkan perjalanan jauh dari Makassar. Tapi sekarang Pemerintah sedang membangun bandara udara di Toraja, semoga cepat selesai dan mempermudah akses wisatawan untuk berkunjung ke Tana Toraja.
Kurang lebih sekitar pukul 22.30 kami tiba di Hotel Misiliana Toraja. Sungguh perjalanan yang melelahkan, apalagi gelap jadi kita tidak bisa melihat pemandangan apapun sepanjang perjalanan malam hari itu.
Makam di Goa Londa
Berbeda dengan Makassar yang panas, udara di Toraja terasa agak sejuk. Pagi hari setelah sarapan di hotel, kami langsung menuju Londa, yang berlokasi 7 km dari kota Rantepao. Londa adalah sebuah makan goa yang di dalam nya berisi peti mati, tengkorak dan tulang yang berumur ratusan tahun.
Di depan goa, kita dapat menjumpai barisan patung kayu yang disebut Tau-Tau. Patung-patung tersebut adalah gambaran dari jenazah yang dimakamkan di dalam goa tersebut.
Kita bisa menjumpai patung Tau-Tau di depan goa
Di dalam goa itu sangat gelap, ketika kita ingin masuk, kita akan ditemani oleh pemandu yang membawa lampu penerang. Para pemandu ini adalah orang-orang asli keturunan Londa. Para pengunjung boleh mengambil foto di dalam goa, tetapi tidak boleh menyentuh tulang dan tengkorak. Karena proses pemindahan tulang dan tengkorak harus dilakukan dengan upacara adat.
Makam Goa Londa
Di Makam Goa Londa ini, ada satu cerita yang menarik, dimana ada dua tengkorak sepasang kekasih yang bunuh diri. Sepasang kekasih ini masih terjalin hubungan darah. Mereka bunuh diri karena menjalin hubungan yang tidak direstui oleh keluarganya. Sepasang kekasih ini diberi nama Romeo dan Juliet dari Toraja.
Lemo: Pekuburan di Tebing Batu
Selanjutnya kami menuju Lemo, sebuah pekuburan di tebing batu yang berlokasi sekitar 11 km dari kota Rantepao, Toraja Utara. Lemo merupakan pekuburan untuk kaum Bangsawan dan Kepala Suku Toraja. Uniknya, lubang-lubang pekuburan itu dibentuk dengan cara dipahat selama berbulan-bulan. Dalam satu lubang biasanya untuk menampung jenazah satu keluarga.
Pekuburan di tebing batu
Sama seperti di Londa, kita juga bisa menjumpai barisan patung Tao-Tao di Lemo, patung ini merupakan representasi dari mereka yang sudah meninggal dan dimakamkan di Lemo ini. Di sekitar Lemo, mata kita akan dimanjakan oleh pemandangan hamaparan sawah yang hijau. Kita bisa merasakan langsung aura magis adat budaya yang berharmoni dengan alam.
Barisan patung Tao-Tao di Lemo
Di Lemo, ada satu kejadian mistis yang kita alami bersama. Drone kita tidak bisa terbang tinggi, padahal kita ingin mengambil video tampak dari dari atas. Ya sudahlah, mungkin memang tidak diijinkan oleh para leluhur di sana.
Melihat Jenazah Opa dan Oma
Ketika berkunjung ke Toraja, jika kita menemui kain putih yang dipasang di depan rumah, itu berarti ada jenasah di dalam rumah tersebut. Ya, di Toraja diperbolehkan untuk menyimpan jenazah di dalam rumah. Tentunya, jenazah tersebut sudah diawetkan atau diberi formalin. Jenazah tersebut baru boleh dimakamkan ketika seluruh keluarga besar sudah setuju dan mampu memberikan sumbangan biaya pemakaman. Jika ada salah satu orang yang belum setuju, maka jenazah tersebut akan tetap disimpan di rumah.
Hari itu, kami berkesempatan untuk mengunjungi sebuah rumah warga yang memiliki jenazah di dalam rumahnya. Jenazah yang kami lihat adalah jenazah Opa dan Oma, dimana Oma sudah meninggal sekitar lima tahun dan Opa sudah meninggal dua bulan. Dalam kesehariannya, jenazah tersebut tetap disapa oleh para penghuni rumah dan diberi makan. Mereka percaya bahwa walaupun sudah meninggal tapi roh nya masih ada di dalam rumah tersebut.
Jenazah Opa dan Oma
Kete Kesu Tana Toraja
Kalau kalian traveling ke Toraja, maka kalian wajib ke Kete Kesu yang berlokasi sekitar 4 km dari kota Rantepao. Kete Kesu ini adalah objek wisata rumah adat Tana Toraja. Kita bisa menjumpai rumah adat Tongkonan di sini. Yang unik dari Tongkonan adalah atapnya nya menyerupai perahu. Kita bisa menjumpai kepala kerbau yang dipajang di dinding depan rumah Tongkonan, yang melambangkan kemakmuran. Di dinding rumah juga terlihat ukiran dan simbol yang indah. Sementara di tiang depan Tongkonan, kita dapat menjumpai barisan tanduk kerbau, yang mana menandakan bahwa yang punya rumah sudah mengadakan banyak pesta.
Kete Kesu
Rumah Tongkonan
Kita juga bisa mengunjungi kuburan atau makam yang ada di belakang Kete Kesu, sekitar 100 meter dari rumah Tongkonan. Keunikan dari Tana Toraja adalah bagaimana masyarakatnya memandang kematian. Bagi mereka kehidupan yang sebenarnya baru dimulai setelah kematian. Di Makam Kete Kesu, kita bisa menemukan peninggalan purbakala berupa kuburan yang berusia sekita 500 tahun. Kita bisa melihat banyak erong, yaitu peti jenazah kayu berbentuk perahu yang menggantung di pinggir tebing.
Makam Kete Kesu
Di area ini, banyak sekali tulang belulang dan tengkorak yang seakan berserakan. Itu terjadi karena peti jenazah yang sudah rapuh jatuh dari atas tebing. Memang sengaja dibiarkan dan tidak boleh dipindahkan, karena harus menggunakan upacara khusus untuk memindahkan tulang belulang dan tengkorak tersebut. Maka dari itu kalau teman-teman berkunjung ke Kete Kesu, jangan sembarangan memegang dan memindahkan tengkorak ya. Bahaya! Percaya gak percaya, pengalaman yang terjadi, arwah atau roh nya bakal masuk ke tubuh kalian, dan bakal keluar ketika sudah keluar dari area Kete Kesu.
Tulang dan tengkorak berserakan di Kete Kesu
Lolai: Sebuah Negeri di atas Awan
Hari ketiga, pukul 04.00 pagi kami berangkat menuju Kampung Lolai, sebuah kampung yang kerap dijuluki negeri di atas awan. Disebut demikian karena puncaknya yang berada di ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan laut. Lokasinya sekitar 20 km dari kota Rantepao, ibukota Toraja Utara.
Negeri di atas awan
Jika beruntung, awan-awan akan berkumpul banyak hingga mencapai puncak dimana kaki kita berdiri. Di Lolai, kita bisa menikmati keindahan matahari terbit dan segerombolan awan-awan yang seakan-akan menari menyambut hari yang baru..
Sunrise di Kampung Lolai
Barisan Batu Menhir di Bori
Bori Kalimbuang, sebuah situs cagar budaya yang terletak sekitar 9 km dari Rantepao, Toraja Utara. Di Bori, kita akan melihat deretan "Simbuang", yaitu batu-batu menhir megalitikum. Menhir-menhir tersebut digunakan untuk upacara pemakaman adat atau dikenal dengan istilah Rambu Solo. Di Tana Toraja sebenarnya banyak ditemukan situs megalitikum seperti ini. Di Bori, menhir didirikan demi menghormati pemuka adat atau keluarga bangsawan yang meninggal.
Deretan batu menhir di Bori
Di belakang situs budaya Bori, kita dapat menjumpai "Baby Grave", sebuah makam di dalam pohon Tarra yang besar, dimana makam ini diperuntukkan khusus bagi bayi-bayi yang meninggal yang belum tumbuh gigi. Pohon tersebut dipilih menjadi makam bayi karena mengandung banyak getah putih. Masyarakat percaya bahwa getah putih tersebut melambangkan air susu bagi bayi.
Baby Grave
Desa Tenun Sa'dan
Salah satu desa tenun Toraja adalah Desa Sa'dan yang berada sekitar 15 km dari Rantepao, Toraja Utara. Di sini kita bisa menjumpai kain-kain tenun Toraja yang indah. Uniknya, alat tenun yang digunakan pengrajin masih tergolong tradisional. Alat pemintal benang nya pun terbuat dari bahan kayu yang masih sangat tradisional.
Alat pemintal benang
Bahan baku yang digunakan untuk membuat benang adalah kapas. Sementara warna dari kainnya didapatkan dengan menggunakan bahan alam, seperti warna merah dari kulit pelepah dan warna hijau dari daun. Harganya pun beragam mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Kain-kain tenun Toraja ini bahkan sudah diekspor ke berbagai negara loh.
Kuliner Tana Toraja
Kalau kalian berkunjung ke Toraja, jangan lupa untuk mencicipi kuliner khas Toraja, yaitu Pa'piong, sebuah masakan khas Toraja yang dimasak dengan bambu. Isi pa'piong ini bermacam-macam, ada daging ayam, babi dan ikan.
Pa'piong, makanan khas Toraja
Selain makanan, Toraja juga terkenal akan kopi nya. Di hari itu, kami berkesempatan untuk mengunjungi sebuah industri rumahan yang memproduksi kopi Toraja jenis Arabica. Kami dijamu dengan ramah sekali, masing-masing dari kami diberikan secangkir kopi gratis dan kue sebagai teman kopi.
Kopi Toraja
Indahnya Bukit Nona
Di hari ke-empat, kami check-out dari Hotel Misiliana pukul 04.00 pagi guna melanjutkan kembali perjalanan panjang 8 jam ke Makassar. Di tengah perjalanan kami mampir sebentar untuk beristirahat di sebuah warung yang terletak di kaki Bukit Nona.
Di warung ini, kita bisa menikmati kopi atau teh sambil menikmati keindahan Bukit Nona. Mengapa dinamakan Bukit Nona? Karena di bukit ini dapat kita lihat ada bagian yang menyerupai alat kelamin wanita.
Bukit Nona yang menyerupai alat kelamin wanita
Itulah sekilas cerita perjalanan gw bersama teman-teman #KitKatIndoBreakSpot. Sebuah perjalanan yang sangat menyenangkan. Gw mendapatkan banyak cerita dan inspirasi baru dari teman-teman dan orang-orang yang gw jumpai selama perjalanan. Karena gw percaya dengan kata-kata "There will always be a reason why you meet people. Either you need to change your life, or you're the one that will change theirs."
Kiri ke kanan: Seno, Priska, Hira, Bayu, Lauren, Pangke
Kalian juga bisa menonton video perjalanan Tana Toraja ini di link berikut: A Journey to Tana Toraja atau kalian bisa tonton langsung video di bawah ini:
Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca.
Semoga kita bertemu suatu hari nanti.
Gw menulis tulisan ini dengan perasaan senang bahagia banget....
Bulan September ini gw diperbolehkan oleh Tuhan buat menang kuis dua kali...
Oh My God, seakan gw gak percaya... tapi ya begitulah seperti yang gw bilang di post: I AM QUIZ HUNTER, kalau ikut kuis itu harus niat, usaha, doa dan pantang menyerah. Sisanya serahkan pada-Nya yang berkuasa.
Kuis kali ini adalah kompetisi foto instagram yang diadakan #GrandeWhiteCoffee , sebuah produk dari Kapal Api dengan tema #GrandeYourDay pada tanggal 19 Agustus 2017 hingga 16 September 2017. Hadiahnya adalah Go Pro Hero 5 Black untuk 3 orang pemenang.