Friday, December 23, 2016

Coldplay: Cold Melbourne, Play Sidney



"Look at the stars, look how they shine for you....
  and everything you do, yeah...they were all yellow..."


Siapa yang tidak mengenal penggalan lirik lagu yellow si Coldplay? Hampir sebagian besar manusia di muka bumi ini pasti tahu lagu ini. Kalau kamu belum tahu, coba deh googling sekarang juga.

Bisa dikatakan music taste masa remaja gw banyak dipengaruhi oleh Band asal Inggris ini. Gw suka dengan lirik lagunya yang menyiratkan banyak makna. Chris Martin emang jago soal merangkai kata yang menggambarkan suasana hati dia, tapi juga sesuai dengan suasana hati yang sering dialami semua manusia. Dan salah satu keinginan terbesar gw adalah pengen nonton konser Coldplay! Mungkin gak, mereka bakal konser di Indonesia? Bisa jadi sih, tapi gak tahu kapan.

Pertengahan tahun 2016 tepatnya bulan Mei, gw lihat postingan akun instagram Coldplay yang mengatakan bahwa mereka bakal adain konser di Australia. Wah, ini kesempatan gw buat nonton konsernya sekalian traveling ke Australia. Langsung aja gw beli tiket konsernya secara online. Urusan tiket pesawat, visa, dan lain-lain gw pikirin belakangan. Soalnya gw mikir pasti beli tiket konsernya bakal rebutan nih. Bener aja, gw gagal beli. Tiket hari pertama di Sydney dan Melbourne habis terjual. Untungnya, konsernya ditambah satu hari sehubungan banyaknya manusia-manusia yang jiwanya haus akan hentakan-hentakan lagu Coldplay. Dan tiket Coldplay Sydney berhasil gw dapetin! Pasti yang banyak beli tiketnya ini orang-orang Indonesia deh. Hmmm...




Ketika itu di benak gw juga tersirat kalau peluang Coldplay buat konser di Asia Tenggara itu kecil. Walaupun ternyata perkiraan gw meleset, nyatanya di bulan Oktober 2016, Coldplay mengumumkan bahwa mereka bakal tour ke Asia Tenggara, tepatnya di Singapura, Thailand dan Filipina. Awalnya agak nyesel juga sih beli tiket konser di Australia, tapi ya sudahlah itung-itung sekalian berpetualang ke Australia.


Transit di Kuala Lumpur

Sebelum nonton konser Coldplay di Sydney tanggal 14 Desember 2016, gw memutuskan untuk berkunjung dulu ke Melbourne. Gw berangkat naik Air Asia tanggal 11 Desember. Gw pilih Air Asia karena budgetnya yang sesuai dengan kantong walaupun harus transit agak lama sekitar 9 jam di Kuala Lumpur. Tapi berkat transit yang lama ini, gw bisa keluar sebentar buat menikmati sejenak kota Kuala Lumpur (KL).

Setibanya di Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA2), gw langsung bergegas turun ke level 1 (transportation hub) buat beli tiket SkyBus. Tujuannya adalah KL Sentral. Selain SkyBus ada juga Aerobus yang sama-sama beroperasi 24 jam. Jika ada budget lebih dan butuh waktu yang cepat, kita bisa menggunakan trasnportasi kereta jika hendak berkunjung ke KL Sentral. Perjalanan menggunakan Bus menuju KL Sentral menghabiskan waktu kurang lebih sekitar 70 menit dengan harga 11 RM.

Setelah tiba di KL Sentral, kita bisa menggunakan transportasi gratis yang bernama GOKL City Bus. Yes, bus ini menghubungkan beberapa titik turun naik penumpang di kota KL.


Rute GO KL City Bus
Monorail di KL

KL City

Ini adalah pertama kalinya gw menginjakkan kaki di KL. Yang gw lihat, kota nya tertata rapi dan sistem transportasinya sudah nyaman banget. Well, rasanya gw harus balik lagi suatu saat nanti biar lebih lama dan puas menjelajahi KL.


Melbourne yang Sejuk

Perjalanan udara dari KL menuju Melbourne menghabiskan sekitar 7 jam. Gw tiba di Bandara International Melbourne sekitar jam 9.20 pagi (waktu setempat ya). Keluar dari pesawat, seluruh penumpang akan diarahkan ke bagian imigrasi buat dicek visa, paspor dan barang bawaannya. Hal yang menarik adalah ketika gw diperiksa di bagian imigrasi. Ternyata orang imigrasinya bisa bahasa Indonesia. Dengan fasihnya dia bilang ke gw, "Oh, Indonesia. Wah banyak orang Indonesia datang kemari. Mau nonton Coldplay ya?". Bisa bayangin gak ekspresi gw saat itu? Gw kaget dan bingung mau jawab pakai bahasa Indonesia atau Inggris. Hahahaha. Ternyata bener ya, sesuai dengan dugaan gw, orang Indonesia banyak yang datang ke Australia buat nonton Coldplay.

Setelah keluar dari imigrasi gw langsung menuju loket SkyBus. Tujuan gw yang pertama adalah Hotel Ibis Style Kingsgate. Harga tiket bus nya sekitar AUD 30.

Walaupun di bulan Desember, Australia sedang dalam musim panas, tapi ternyata Melbourne ini kotanya sejuk. Suhunya sekitar 19 derajat Celcius. Setelah check-in hotel, gw langsung bergegas keluar untuk menjelajahi Melbourne.



Melbourne ini memiliki struktur kota yang mirip seperti Bandung. Di sini akan jarang kita temukan sepeda motor, kalau ada pun yang kita temukan pasti sepeda motor yang ber-cc besar. Masyarakat di Melbourne banyak yang berjalan kaki, naik sepeda atau naik trem dan bus. Yes, sarana public transportation di Melbourne sangat nyaman dan aman. Beberapa trem yang jalurnya di dalam kota juga gratis. Jadi kalau berkeliling kota Melbourne bisa menggunakan trem yang gratis. Hehehehe.


Tempat parkir khusus sepeda di Melbourne

Di Melbourne, Orang-orang kantoran yang berjas dan berdasi pun banyak yang menggunakan public transportation. Beda banget sama di Jakarta, ya mungkin karena sarana public transportation di Jakarta yang belum nyaman ya, atau pemikirannya yang beda ya, kalau bawa mobil lebih keren gitu. Hahahaha.

Gw makan siang di sebuah restoran yunani yang bernama Stalactities. Sesuai dengan nama nya, atap langit-langit di restoran ini dirancang seperti stalaktit. Oh iya, porsi makanan di Melbourne itu sangat besar. Jadi kalau kalian berkunjung kemari mending beli satu makanan buat berdua, daripada terbuang mubazir. Kan bisa hemat juga, ya gak? :)
Harga air mineral dalam kemasan sangat mahal di Melbourne. Jadi kalau kalian makan di restoran atau cafe, pesan aja tap water, gratis kok,  bisa refill karena nanti dikasih satu pitcher. Di beberapa titik tertentu, di pinggir jalan atau taman, kita bisa menemukan pengisian tap water. Saran gw bawa botol minum, jadi kita bisa isi air gratis dari tap water. :)

Destinasi berikut nya adalah Brighton Beach. Itu loh Pantai yang ada rumah warna-warni alias bathing box. Untuk menuju kesana, gw menggunakan kereta dari Stasiun Flinders menuju Stasiun Sandringham, lalu nanti turun di Stasiun Brighton Beach. Perjalanannya memakan waktu kurang lebih 25 menit.

Flinders Station
Sepanjang perjalanan menuju Brighton Beach, kita akan melewati dan berhenti di beberapa stasiun kereta, dimana arsitektur atau bentuk stasiun nya keren-keren. Oh iya, jadwal keberangkatan kereta di Melbourne semuanya on time. Di stasiun, ada papan penujuk waktu yang akan memberitahukan berapa menit lagi kereta akan tiba. Gw membayangkan kalau sistem kereta di Indonesia kayak gini dan stasiun nya juga dirancang seperti ini. Pasti keren. 

Stasiun kereta


Setibanya di Stasiun Brighton Beach, kita akan langsung disuguhkan oleh pemandangan dari pantai Brighton. Tapi untuk menuju lokasi utama pantai yang ada bathing box warna-warni tersebut, kita harus jalan kaki selama kurang lebih 30 menit. Lumayan lah olahraga dikit. :)

Brighton Beach ini merupakan kawasan elite di Melbourne. Makanya jangan heran sepanjang jalan di sana, kita bisa melihat banyak rumah-rumah besar mewah. Kita juga bisa menemukan beberapa taman indah untuk spot foto, dan tentunya ada tap water. :)


Kawasan elite Brighton Beach

Pantai Brighton Beach ini terkenal karena bathting box nya yang warna warni. Makanya tak heran banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi pantai ini. Fungsi dari rumah warna-warni itu adalah sebagai tempat beristirahat atau berganti baju ketika berkunjung ke pantai tersebut. Tentunya bukan untuk umum melainkan khusus buat sang pemiliknya saja. Bathing box ini hanya dijual dan dimiliki oleh penduduk lokal saja. Jadi gw gak bisa deh investasi di sini. Hahahahaha. (Sok banget gw, siapa loe Bay!)

Bathing Box di Pantai Brighton
Pantai Brighton

Setelah kembali ke Stasiun Flinders lagi, gw berniat mengunjungi gereja St. Paul's Cathedral yang berlokasi tidak jauh dari stasiun Flinders. Tapi ternyata jam kunjungan buat turis nya sudah ditutup. Jadi gw cuma bisa foto tampak luarnya saja.


St Paul's Cathedral

Setelah gagal masuk ke gereja St. Paul's Cathedral, gw langsung menuju ke Federation Square yang terletak persis di seberangnya. Federation Square ini adalah kawasan seni dan kreatif di Melbourne. Banyak kegiatan atau acara yang digelar di sini, seperti festival seni, budaya, film bahkan olahraga.

Bangunannya sangat unik, dimana dikelilingi oleh dinding-dinding kaca. Di sebelah timurnya, kita bisa menemukan taman tepi sungai yang bernana Birrarung Marr. Di sini, gw bersantai sejenak sambil menikmati es krim.

Karena gw emang suka seni, gw melanjutkan perjalanan gw menuju tembok grafiti yang terkenal di Melbourne. Yes, Hosier Lane. Tempat ini adalah gang di tengah kota yang dipenuhi oleh cat warna-warni ala grafiti. Mencoret-coret tembok di gang ini memang diijinkan dan tidak dilarang, malah menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk mengabadikan nya dalam foto. Selain Hoiser Lane, di Melbourne ada gang lain yang dijadikan sarana grafiti yaitu, Rutledge Lane, Union Lane, Caledonian Lane, dan Centre Place. Semua gang tersebut memang sengaja dirancang oleh pemerintah setempat untuk dijadikan gang seni jalanan grafiti.

Gang Seni Jalanan Grafiti

Hosier Lane

Di Melbourne, jam 19.00 malam masih terang loh. Matahari baru tenggelam sekitar pukul 20.30. Di sini orang-orang nya work-life balance. Meskipun pukul 18.00 masih terang, tapi beberapa toko-toko sudah tutup. Setelah dari Hosier Lane, gw beranjak untuk menikmati kuliner di Lygon Street. Di sini terkenal dengan kuliner Italia nya. Menu yang gw pesan adalah pizza. Tapi saran nih dari gw, kalau pesan makanan jangan lupa baca rincian ingredients nya, atau langsung tanya ke pelayan nya. Gw saking laparnya, langsung main pesan aja. Eh, ternyata pizza yang gw pesan asin banget. Hahahaha. Jadi gak nikmat deh makannya.


Pizza yang asin

Dari Lygon Street, gw kembali ke hotel untuk beristirahat karena besok pagi gw akan berangkat ke Sydney. Kunjungan gw ke Melbourne ini memang singkat dan gw merasa belum puas. Suatu saat nanti, gw pasti akan kembali lagi buat menjelajahi Melbourne.


Sydney: Hot and Sexy

Pagi hari, 13 Desember 2016 setelah check-out dari hotel, gw bergegas menuju bandara menggunakan SkyBus. Untungnya letak halte Bus nya tidak terlalu jauh dari hotel, bisa jalan kaki sekitar 15 menit.

Dari Melbourne ke Sydney gw menggunakan pesawat Jet Star. Layaknya antar propinsi di Indonesia, penerbangan Melbourne ke Sydney adalah penerbangan domestik. Di Bandara Melbourne, gw bertemu dengan seorang mahasiswi dari Indonesia yang sedang menempuh pendidikan S2 di Monash University dengan beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) dari Pemerintah Indonesia, wow keren nih cewek. Kami sempat ngobrol sebentar, dia memilih nonton konser Coldplay di Sydney karena kehabisan tiket konser Melbourne.

Waktu tempuh perjalanan dari Melbourne ke Sydney adalah sekitar 1 jam 20 menit. Setibanya di Bandara Sydney, gw langsung memesan taxi airport shuttle service yang menyediakan jasa antar jemput bandara-hotel, nama taxi nya Redy2Go. Jadi nanti ketika gw pulang ke Indonesia tanggal 16 Desember akan dijemput juga dari hotel menuju ke bandara.

Di Sydney, gw menginap di Song Hotel Sydney (dulu bernama Y Hotel Hyde Park). Setelah check-in, gw langsung keluar lagi buat menjelajah kota Sydney. Siang itu, kota Sydney panas banget, suhunya sekitar 34 derajat celcius. Pusat kota Sydney ini lebih mirip seperti Jakarta, dipenuhi dengan orang-orang pekerja kantoran. Namun tata kotanya bagus, sarana public transportation nya pun juga bagus. Sama seperti di Melbourne, masyarakat di Sydney juga hobi berjalan kaki dan menggunakan public transportation. Hal yang unik di Sydney, di setiap lampu merah terdapat tombol yang disediakan untuk para pejalan kaki. Jadi ketika tombol dipencet, maka otomatis dalam beberapa detik kemudian lampu lalu lintas akan berubah menjadi merah, sehingga semua kendaraan yang melintas akan berhenti. Bisa gak ya diaplikasikan di Jakarta?

Hotel gw berlokasi di dekat Stasiun Museum. Yes, stasiun keretanya bernama Stasiun Museum. Posisinya memang berdekatan dengan Museum of Sydney. Sayangnya saat itu museumnya sedang direnovasi jadi tidak menerima kunjungan.

Tujuan gw berikutnya adalah Sydney Opera House. Perjalanan menuju kesana dapat menggunakan kereta. Sama seperti KRL di Jakarta, sistem pembayaran kereta di Sydney juga menggunakan kartu. Kita bisa membeli kartu nya di mini market yang terdapat di sekitar stasiun kereta.

Setelah membeli kartunya, gw langsung naik kereta dari Stasiun Museum menuju Stasiun Circular Quay. Setelah keluar dari Stasiun Circular Quay, kita bisa langsung melihat pemandangan Circular Quay Harbour. Dari kejauhan juga terlihat Sydney Opera House dan Sydney Harbour Bridge.


Circular Quay Harbour

Di siang hari yang super panas itu, entah mengapa gw merasa kok Sydney Opera House ini tampak biasa aja ya. Hahahahaha. Sepertinya dia akan tampak keren di malam hari dengan lampu warna-warni. Gw menyesal karena ketika itu gw gak masuk ke dalamnya, padahal kata orang-orang di dalamnya keren sih. Nanti suatu saat gw bakal balik lagi deh buat lihat isi di dalam Sydney Opera House.

Dari kejauhan tampak Sydney Opera House

Kita bisa menemui tempat-tempat bagus buat dikunjungi di sekitar Circulay Quay Harbour ini. Selain Sydney Opera House dan Sydney Harbour Bridge, ada Museum of Contemporary Art Australia (MCA) yang gratis untuk dikunjungi.

Sesuai dengan namanya, MCA ini adalah museum yang dibuat untuk memperkenalkan seni kontemporer dari Australia dan seluruh dunia. Di dalam museum ini terdapat berbagai macam varian pameran yang memiliki unsur kontemporer, mulai dari patung, artefak, dekorasi, seni gambar, dan sebagainya.


Pameran di MCA

MCA


Keluar dari MCA, gw langsung menuju The Rocks, sebuah kawasan kota tua di Sydney, yang lokasinya masih berdekatan dengan Circular Quay. Kita akan menemukan perpaduan jalanan batu bulat dan deretan bangunan tua abad 18. Sekarang beberapa bangunan tua itu dialihfungsikan menjadi resto, bar dan toko butik. Kawasan bersejarah ini sangat penting bagi pemerintah Australia, sehingga dijaga kelestariannya dan sekarang menjadi objek wisata favorit bagi para wisatawan.

Jika ingin mengenal lebih dalam The Rocks, kita bisa mengunjungi The Rocks Discovery Museum. Di dalam museum ini kita bisa melihat cerita The Rocks dalam 4 era bersejarah. Kita juga bisa melihat kumpulan artefak di dalam museum ini.

The Rocks Discovery Museum

Kawasan The Rocks

Setelah belajar sejarah di museum, gw bergegas mencari tempat untuk memuaskan rasa lapar. Akhirnya atas rekomendasi seorang teman, gw mencoba makan siang di Pancakes On The Rocks.
Sesuai dengan namanya, menu yang wajib dicicipi adalah pancakes! Dan rasanya, wow...enak banget!

Pancakes On The Rocks

Keesokan paginya tanggal 14 Desember, sebelum meluncur ke konser Coldplay di sore hari, gw sempatkan diri buat mengunjungi beberapa tempat lagi di Sydney. Berbeda dengan hari pertama kemarin, di hari kedua ini cuaca Sydney agak mendung dan gerimis. Dari hotel, gw berjalan kaki menuju Gereja St Mary's Cathedral Sydney. Gereja ini adalah gereja katolik Roma terbesar di Australia. Semua orang dipersilahkan masuk ke dalam secara gratis. Di dalam nya kita akan dibuat takjub akan kemegahan arsitektur gereja ini.


St Mary's Cathedral (tampak luar)


St Mary's Cathedral (tampak dalam)

Beranjak dari St Mary's Cathedral, gw langsung berjalan kaki menuju ke Museum Art Gallery of New South Wales (AGNSW) yang berlokasi tak jauh dari gereja. Di Australia, kita bisa menemukan banyak museum. Apalagi museum yang berkaitan dengan seni dan kebudayaan. Sepertinya Pemerintah Australia memang sangat mengapresiasi seni setempat dan dunia. Museum AGNSW ini didirikan sejak tahun 1897. Kita bisa menemukan berbagai macam koleksi lukisan dan patung yang langka dari berbagi penjuru dunia di dalam museum ini secara gratis.


Koleksi patung di Museum AGNSW



Setelah puas menjelajahi isi museum, gw kembali ke hotel untuk beristirahat dan bersiap-siap menuju konser Coldplay sore harinya di Allianz Stadium Sydney.


Coldplay: A Head Full Of Dreams

Coldplay akan naik ke panggung pukul 20.00 waktu setempat, tapi sebelum itu akan ada penampilan dari artis-artis pembuka dan open gate akan dimulai pukul 17.30. Gw sudah keluar dari hotel dari pukul 16.00 menuju Allianz Stadium menggunakan taxi yang menghabiskan waktu tempuh kurang lebih 15 menit.

Sesampai disana, Allianz Stadium sudah dipenuhi oleh banyak orang yang akan menonton konser. Seketika itu juga gw merasakan euforia yang luar biasa, padahal konsernya aja belum dimulai. Dasar kampungan ya gw, hahahahaha. Para penonton sudah berbaris mengantri di gate masing-masing sesuai yang tertera di tiket. Para panitia sibuk membagi-bagikan gelang kepada semua penonton. Gelang tersebut nantinya akan menyala warna-warni mengikuti irama lagu ketika konser berlangsung. Keren nya lagi, sistem masuk gate nya menggunakan barcode. Jadi setiap orang akan men-scan sendiri tiket barcodenya dan secara otomatis pintu akan terbuka.

Allianz Stadium sudah dipenuhi penonton

Perasaan haru timbul saat Coldplay naik ke panggung dan menyanyikan "A Head Full of Dream" sebagai lagu pertamanya. Gw gak tau waktu itu rasanya antara pengen nangis dan tertawa bahagia. Seperti mimpi, seakan gak percaya kalau gw bener-bener sedang nonton konser Coldplay. Gw saat itu merinding. Rasanya begitu berbeda dibandingkan dengan nonton konser musik lainnya. Benar-benar penampilan yang luar biasa. Aksi panggung yang apik dipadu dengan teknik lighting yang mampu membius penonton untuk ikut terus bernyanyi bersama dari awal sampai akhir konser. Gelang yang kita pakai pun bisa berubah warna mengikuti irama lagunya. Ketika lagu "Yellow" dinyanyikan maka gelang yang kita pakai pun berubah warna menjadi kuning. Seluruh Stadium seakan berubah menjadi lautan berwarna kuning. It's so amazing day!

Konser Coldplay

Coba kalian tonton penggalan video konser Coldplay yang gw rekam berikut ini, gw jamin kalian bakal merinding ketika menontonnya, kalau gak merinding, ya berarti coba nonton konsernya secara langsung deh. Hahahahaha.





Konser selesai kira-kira pukul 22.00. Semua orang keluar dari Allianz Stadium dengan teratur, tidak ada yang berdesak-desakan. Gw sangat takjub melihatnya. Malam itu, kerumunan orang keluar dari Allianz Stadium bagaikan ribuan semut yang keluar dari sarangnya. Sebagian besar penonton pulang dengan berjalan kaki, mungkin yang bawa kendaraan hanya 20% saja. Beberapa ruas jalan sengaja ditutup khusus diperuntukkan untuk menampung ribuan pejalan kaki yang keluar dari area konser. Gw pun berjalan kaki menuju hotel. Sepanjang perjalanan ke hotel, gw menemui beberapa polisi yang berpatroli menggunakan kuda. Keren nih, sistem pengamanannya. 

Sampai di kasur, mata gw pun sudah berat, tapi pikiran masih terngiang-ngiang dengan kemeriahan konser tadi. Seperti penggalan lirik di lagu Strawberry Swing nya Coldplay: It's a such a perfect day!




Hujan di hari ketiga

Hari ketiga, Sydney diguyur hujan deras. Jadi gw terpaksa menunggu hujan agak reda sedikit sambil sarapan di hotel. Setelah hujan agak reda, gw lalu bergegas keluar. Destinasi gw hari ini adalah Sea Life Sydney Aquarium dan Wildlife Sydney Zoo. Lokasi kedua tempat ini saling bersebelahan. Untuk menuju kesana, gw naik kereta dari Stasiun Museum.

Sea Life Sydney Aquarium ini agak mirip seperti Sea World di Jakarta cuma ya lebih keren dan lebih besar aja. Sementara Wildlife Sydney Zoo adalah sebuah kebun binatang indoor yang berisi binatang-binatang khas Australia seperti koala, kanguru, tasmanian devil dan sebagainya. Di kebun binatang ini, kita juga bisa foto bareng koala loh. Kalau liburan bersama keluarga ke Sydney, wajib kemari deh.


Sea Life Sydney Aquarium

Foto Bareng Koala

Tanggal 16 Desember, Sydney kembali diguyur hujan deras. Langit seakan menangis karena gw akan pulang kembali ke Indonesia (Lebay banget sih gw). Hari itu gw menggunakan maskapai Qantas, tanpa transit langsung menuju Bandara Soekarno Hatta.

Itulah sekilas cerita singkat gw ketika nonton konser Coldplay sekaligus traveling di Melbourne dan Sydney. Gw merasa kurang puas sih buat menjelajahi dua kota itu. Suatu saat nanti, gw bakal kembali lagi ke Australia, tentunya dengan cerita yang lebih menarik!

Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca.

Sampai jumpa suatu saat nanti.

Oh iya gw juga mau mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru ya.

Salam senyum,

Bayu







No comments:

Post a Comment